PENA, BUKU DAN PERJALANAN


 

Ia mengambil suatu benda dari persinggahannya, yakni buku dan pena.  

Buku kosong nan bersih itu dibukanya secara perlahan dan dilihatnya secara seksama.

Sedangkan pena yang ia genggam dengan kuat, seakan tak ingin dilepaskannya.

Kedua benda itu pun sudah dalam genggamannya.

Sempat ia bergumam “ah, ngapain aku menggenggam erat barang-barang ini?” taya ia dalam hatinya.

Setelah mengamati dan begitu banyak pertanyaan dihatinya, ia pun memutuskan untuk menuliskan kisahnya.

Lembar demi lembar buku kosong itu, mulai ia ukir meggunakan pena yang ia genggam.

Sesekali ia berhenti dan terdiam, meresapi jika telah sampai sejauh ini perjalanannya.

Ia merenungi, bahwa sudah sejauh ini ia kuat menghadapi dan melewati segala bentuk badai kehidupan.

Air matanya pun tak terbendung, seakan mengisyaratkan bahwa ia bangga terhadap dirinya sendiri.

Sesaat setelah mengusap derai air yang mengalir begitu deras di matanya, ia pun segera melanjutkan coretannya, lagi.

Buku dan pena itu, menjadi saksi atas perjalanan seorang insan yang begitu bangga atas segala pencapaian yang ia dapatkan.

Buku itu memuat kisah segala curahan hatinya, gundah gulananya, kesedihannya, cerianya, dan segala hal yang telah ia lalui.

Ia berharap, dengan buku itu dapat menjadi teman perjalanan, yang jika suatu hari ia dapat membukanya kembali dan melahirkan seorang insan dengan versi terbaiknya sendiri.

Komentar